Memahami penderitaan dan kebahagiaan
Suatu ketika ada dua desa di sebelah utara dan di sebelah selatan yang berjarak 30 menit berjalan kaki. Diantara dua desa tersebut terdapat sebuah pohon Bodhi yang rimbun yang sering sekali dilewati oleh para warga kedua desa. Saat musim panas para pedagang beristirahat di bawah pohon tersebut dan berkata "Penderitaan, penderitaan, penderitaan". Seorang monyet yang tinggal di atas pohon tersebut mendengar kata-kata "penderitaan" yang diucapkan oleh para pedagang. Si monyet pun terus berpikir apa yang dimaksud penderitaan.
Kemudian ia pergi ke sebuah vihara di desa selatan dan berpikir bahwa Bikkhu yang berdiam di vihara itu mampu menjawab pertanyaannya. Tetapi ia tidak bertemu dengan Bikkhu tersebut, ia hanya hanya bertemu dengan seorang Anagarika dan ia pun bertanya "Apa yang dimaksud dengan penderitaan??"
"Ooo kamu ingin tahu tentang penderitaan, tunggu 5 menit lagi ya aku akan kembali" jawab Anagarika.
5 menit kemudian Anagarika muncul dengan sebuah tas besar lalu ia menjelaskan pada monyet bahwa ia harus membawa tas itu dan membukanya di tengah perjalanan, maka ia akan tahu tentang penderitaan. Dengan semangat dan bahagia lalu si monnyet lalu membawa tas itu dan di suatu tempat ia membuka tas itu. Apa yang terjadi ????
Si monyet sangat kaget karena seekor anjing keluar dari tas itu dan mengejarnya. Si monyet pun lari dan memanjat ke sebuah pohon, dan diatas pohon ia berkata "inilah penderitaan, inilah penderitaan......".
Cerita ini sangat singkat, namun si monyet dengan mudah mengerti akan penderitaan, kita pun sering mendengar kata "penderitaan" sebagai sisi lain dari kehidupan kita yang selalu menginginkan "kebahagiaan". Kehidupan kita seperti tas yang tertutup, begitu kita buka ternyata isinya tidak sesuai dengan yang kita inginkan, itulah kehidupan (penderitaan). Dalam cerita diatas si monyet masih beruntung karena bisa lari dan naik ke pohon sehingga bebas dari si anjing yang hendak menggigitnya.
Jika kita mempunyai masalah apa yang akan kita lakukan, kita harus lebih baik dari si monyet tersebut. Kita harus berusaha mengerti akan penderitaan dan kebahagiaan.
Sumber: SinarPadumuttara edisi 004, halaman 06, oleh Sayadaw U Pandita
Suatu ketika ada dua desa di sebelah utara dan di sebelah selatan yang berjarak 30 menit berjalan kaki. Diantara dua desa tersebut terdapat sebuah pohon Bodhi yang rimbun yang sering sekali dilewati oleh para warga kedua desa. Saat musim panas para pedagang beristirahat di bawah pohon tersebut dan berkata "Penderitaan, penderitaan, penderitaan". Seorang monyet yang tinggal di atas pohon tersebut mendengar kata-kata "penderitaan" yang diucapkan oleh para pedagang. Si monyet pun terus berpikir apa yang dimaksud penderitaan.
Kemudian ia pergi ke sebuah vihara di desa selatan dan berpikir bahwa Bikkhu yang berdiam di vihara itu mampu menjawab pertanyaannya. Tetapi ia tidak bertemu dengan Bikkhu tersebut, ia hanya hanya bertemu dengan seorang Anagarika dan ia pun bertanya "Apa yang dimaksud dengan penderitaan??"
"Ooo kamu ingin tahu tentang penderitaan, tunggu 5 menit lagi ya aku akan kembali" jawab Anagarika.
5 menit kemudian Anagarika muncul dengan sebuah tas besar lalu ia menjelaskan pada monyet bahwa ia harus membawa tas itu dan membukanya di tengah perjalanan, maka ia akan tahu tentang penderitaan. Dengan semangat dan bahagia lalu si monnyet lalu membawa tas itu dan di suatu tempat ia membuka tas itu. Apa yang terjadi ????
Si monyet sangat kaget karena seekor anjing keluar dari tas itu dan mengejarnya. Si monyet pun lari dan memanjat ke sebuah pohon, dan diatas pohon ia berkata "inilah penderitaan, inilah penderitaan......".
Cerita ini sangat singkat, namun si monyet dengan mudah mengerti akan penderitaan, kita pun sering mendengar kata "penderitaan" sebagai sisi lain dari kehidupan kita yang selalu menginginkan "kebahagiaan". Kehidupan kita seperti tas yang tertutup, begitu kita buka ternyata isinya tidak sesuai dengan yang kita inginkan, itulah kehidupan (penderitaan). Dalam cerita diatas si monyet masih beruntung karena bisa lari dan naik ke pohon sehingga bebas dari si anjing yang hendak menggigitnya.
Jika kita mempunyai masalah apa yang akan kita lakukan, kita harus lebih baik dari si monyet tersebut. Kita harus berusaha mengerti akan penderitaan dan kebahagiaan.
Sumber: SinarPadumuttara edisi 004, halaman 06, oleh Sayadaw U Pandita