Hukum Sebab Akibat menjamin semua orang akan “menerima apa yang telah mereka tuai” dan oleh karena itu “mereka yang hidup dengan pedang akan mati oleh pedang.” Pada sisi lain, orang yang hidup dalam perdamaian, akan memulai sebuah gerakan yang akan memberikan ketenangan dan kedamaian bagi orang lain pula dan masyarakat pun akan dijauhkan dari kebencian dan kekerasan. Semua yang terjadi adalah sebuah rangkaian yang tak terpisahkan. Kita berbuat kebaikan maka akan menerima kebaikan demikian sebaliknya.
Ini tidak berarti bahwa seseorang yang mengikuti Dharma hanya berdiam diri terhadap sebuah tindak kejahatan dan ketidakadilan. Apa yang dimaksudkan dalam padangan Buddhis ini adalah bahwa pengunaan kekuatan senjata atau kekuasaan adalah usaha terakhir yang sebenarnya adalah sebuah kegagalan. Buddhisme mengatakan bahwa pengunaan senjata untuk menghentikan kekerasan dan ketidakadilan untuk jangka pendek mungkin terlihat berhasil, namun pada masa mendatang memunculkan persoalan baru yakni tumbuhnya benih-benih kebencian baru, dan akhirnya akan timbul masalah yang sama lagi. Penyelesaian secara Buddhisme adalah menemukan cara-cara yang tidak mengunakan kekerasan untuk menyelesaikan persoalan pribadi, sosial dan internasional. Dengan semangat dan kreatifitas, kebijaksanaan dan rasa welas asih, sebuah solusi untuk menyelesaikan masalah secara damai akan dapat ditemukan .
Persoalan Bangsa Indonesia juga berada dalam konteks yang sama. Selagi segala kebencian dan kekerasan serta kepentingan pribadi dikedepankan maka tidak ada kedamaian, ketenangan dan kebahagiaan bagi semuanya. Sebuah langkah bijak adalah membuang semua sikap curiga, benci dan egoisme kelompok dalam menyikapi persoalan adalah kunci penyelesaian. Bangsa yang selalu melihat kebelakang tidak akan pernah maju, masa lalu hanyalah sebuah pelajaran untuk masa mendatang. Bangsa ini harus mengembalikan nilai-nilai kebersamaan, keharmonisan, hormat menghormati, saling menghargai, toleransi antar sesama masyarakat, dan antara masyarakat dan pemerintah. Peranan para pemuka masyarakat, tokoh agama, politisi, birokrat harus bekerja secara sinergi dalam satu tujuan untuk mengembalikan kejayaan bangsa. Para umat beragama juga hendaknya menerapkan nilai-nilai keagamaan yang harmonis, dan toleransi, serta melenyapkan segala paham yang kaku dan sempit. Alam dan manusia adalah satu kesatuan yang tidak terpisahkan, ketika kesesatan terjadi dalam diri manusia, maka alam pun akan berubah. Alam tidak ramah karena manusia yang tidak ramah.
Hal yang terpenting menjadi tujuan dari segala kepercayaan dan agama adalah peningkatan diri dan dunia secara keseluruhan. Sebagai contoh, Nichiren Shu, sebagai sebuah kelompok Buddhis dan seluruh pengikutnya harus dengan tegas berusaha menciptakan perdamaian, kebahagiaan, dan pencerahan bagi seluruh mahluk hidup. Hidup manusia harus dilindungi dan dihargai, dan seluruh masyarakat harus didorong kearah perdamaian dan kebahagiaan. Oleh karena itu, Nichiren Shu secara tegas menolak segala bentuk peperangan, segala kekerasan, kebencian, pengembangan senjata nuklir, dan turut menyebarluaskan keadilan dan kedamaian dalam masyarakat. Selain menyebarluaskan nilai-nilai ini dalam masyarakat, kita percaya bahwa ajaran Sang Buddha yang dibabarkan dalam Saddharma Pundarika Sutra dan dengan mengikuti ajaran dari Nichiren Shonin, kita dapat mewujudkan sebuah kehidupan yang alami dan wajar sesuai dengan nilai-nilai kehidupan itu sendiri. Kita juga harus selalu berusaha menciptakan kedamaian dan kebahagiaan melalui pelaksanaan ajaran-ajaran Sang Buddha dalam kehidupan sehari-hari. Gassho.
Kembali ke Daftar Isi