EMPAT KEBENARAN MULIA atau Empat Kesunyataan Mulia (Cattari Ariya Saccani) adalah kebenaran absolut atau mutlak yang berlaku bagi siapa saja tanpa membeda-bedakan suku, ras, budaya, maupun agama. Karena mengakui atau tidak mengakui, suka atau tidak suka, setiap manusia mengalami dan diliputi oleh hukum kebenaran ini.
Empat Kebenaran Mulia merupakan "temuan" BUKAN ciptaan Pangeran Siddhartha yang bermeditasi di bawah Pohon Bodhi hingga memperoleh Penerangan Sempurna dan menjadi Buddha. Sebagaimana temuan bola lampu oleh Thomas ALfa Edisson Jadi, maka demikian pula dengan Empat Kebenaran Mulia yang ditemukan dan diajarkan oleh Sang Buddha Gotama kepada umat manusia di bumi ini. Muncul ataupun tidak muncul seorang Buddha di dunia ini, kebenaran itu akan tetap ada dan berlaku secara universal.
Empat Kebenaran itu adalah:
1. Duka atau Penderitaan (DUKKHA)
2. Sebab Penderitaan (DUKKHA SAMUDAYA)
3. Berakhirnya Penderitaan (DUKKHA NIRODHA)
4. Cara Menghentikan Penderitaan (DUKKHA NIRODHA GAMINIPATIPADA)
Bagian Pertama dan Kedua merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan, seperti halnya sebuah penyakit dengan sebab penyakitnya. Demikianlah hubungan antara Penderitaan dan Sebab Penderitaan.
Bagian Ketiga dan Keempat juga merupakan dua hal yang saling berhubungan, sebagaimana sakit flu dapat disembuhkan dengan berobat ke dokter atau minum obat flu yang dijual di toko-toko obat. Demikian pula Berakhirnya Penderitaan pasti ada Cara Menghentikan Penderitaan itu.Salah satu pilar ajaran Buddha yang mendasari cara berpikir Buddha adalah seperti yang tersirat di dalam Empat Kebenaran Mulia (cattari ariya sacca). Di berbagai bagian Sutta Pitaka (Sutta Pitaka adalah bagian dari Tipitaka, Kitab Suci Agama Buddha) dapat kita temukan cara berpikir analisis seperti yang terdapat pada konsep Empat Kebenaran Mulia. Cara berpikir tersebut adalah:
- Memahami Suatu Masalah dan menganalisa masalah tersebut
- Menyadari dan menemukan ada penyebab masalah tersebut
- Mengetahui bahwa masalah dapat teratasi dan mencari cara penyelesaiannya
- Menemukan cara mengatasi masalah tersebut dan Menjalankan caranya
Hal tersebut menunjukkan kecerdasan Sang Buddha dan cara berpikir yang logis. Empat Kebenaran Mulia disadari oleh Buddha Gautama ketika beliau mencapai pencerahan :
“Ketika pikiranku yang terkonsentrasi telah demikian termurnikan, terang, tak ternoda, bebas dari ketidaksempurnaan, dapat diolah, lentur, mantap dan mencapai keadaan tak terganggu, aku mengarahkannya pada pengetahuan tentang hancurnya noda-noda (tiga akar kejahatan yaitu: keserakahan/lobha, kebencian/dosa dan ketidaktahuan atau kebodohan-batin/moha). Secara langsung aku mengetahui sebagaimana adanya: ‘Inilah penderitaan’, ‘Inilah asal mula penderitaan’, ‘Inilah berhentinya penderitaan’, ‘Inilah jalan menuju berhentinya penderitaan’; Secara langsung aku mengetahui sebagaimana adanya ‘Inilah noda-noda’, ‘Inilah asal mula noda-noda’, ‘Inilah berhentinya noda-noda’, ‘Inilah jalan menuju berhentinya noda-noda’”
(Dapat ditemukan di dalam Majjhima Nikaya (MN) 4.31 atau MN 36.42)
Empat Kebenaran Mulia ini adalah ajaran yang pertama kali diperkenalkan oleh Sang Buddha dalam khotbah pertamanya di Benares (MN 141.2). Selain itu Empat Kebenaran Mulia juga adalah ajaran khusus para Buddha (MN 56.18), yang berarti setiap Buddha selalu mengajarkan 4 Kebenaran Mulia ini walaupun dengan bahasa yang berbeda atau sistematisasi pembagian ajaran yang berbeda.
Empat Kebenaran Mulia tersebut adalah sebagai berikut: