Janganlah Berbuat Jahat, Perbanyak Kebajikan, Sucikan Hati dan Pikiran, Inilah Ajaran Para Buddha >>>>> Sebutan Yang Paling Indah Adalah Buddha, Kata-kata Yang Paling Merdu Adalah Paritta, Media Yang Paling Baik Adalah Tipitaka, Senam Paling Sehat Adalah Puja, Diet Paling Sempurna Adalah Athasila, Perjalanan Paling Indah Adalah Menjadi Bikkhu, Khayalan Paling Indah Adalah Ingat Kamma<<<<<

.

Agama Buddha pada Jaman Syailendra

Jaman Kerajaan Sailendra

Informasi mengenai keadaan Agama Buddha pada masa Kerajaan Sailendra nampaknya lebih jelas dibanding pada masa Kerajaan Sriwijaya. Hal ini dikarenakan sumber-sumber yang memberi informasi mengenai Agama Buddha lebih banyak, misalnya dengan keberadaan prasasi-prasasti dan bangunan-bangunan seperti candi.

Sekitar tahun 775 sampai dengan 850 di daerah Bagelan dan Yogyakarta, di Jawa Tengah berkuasalah raja-raja dari wangsa Sailendra yang memeluk Agama Buddha dan wangsa Sanjaya yang memeluk agama Hindu-Shiva. Inilah jaman keemasan bagi Mataram dan negara pada saat itu aman dan makmur karena kedua wangsa (dinasti) itu saling menolong satu sama yang lain dalam mendirikan tempat-tempat suci (candi).

Di kerajaan Sailendra agama yang dipeluk adalah Agama Buddha Mahayana. Hal ini dapat diketahui dari peninggalan-peninggalan sejarah dan candi dari kerajaan ini yang bercorak Mahayana. Walaupun kerajaan Sailendra banyak mendirikan candi namun masih terbilang sedikit bila dibandingkan dengan candi yang dibangun oleh kerajaan Sanjaya. Selain berdasarkan prasasti-prasasti yang ada, bahwa Agama Buddha yang berkembang adalah Buddha Mahayana, jelas terlihat dari candi di desa Kalasan - yang kemudian diabadikan sebagai nama candi tersebut. Candi ini dipergunakan untuk pemujaan kepada Tara, pemujaan kepada Bodhisattva Avalokitesvara, peresmian rupang (arca) Bodhisattva Manjusri, dan sebaginya.

Nampaknya, pada masa ini kerajaan di Jawa Tengah masih ada hubungan yang erat dengan India, sebab ada juga berita bahwa seorang guru dari Gaudadwipa (Bengala) yang memimpin upacara pada waktu peresmian rupang Manjusri. Demikian juga diberitakan diprasasti lain bahwa ada orang dari Gujarat yang senantiasa melakukan kebaktian di candi tertentu. Dugaan itu berasal dari berita di India. Raja Dewapala dari dinasti Pala (Bengala) pada tahun pemerintahannya yang ke-39 (antara tahun 856 sampai 860) menghadiahkan beberapa desa untuk keperluan pemeliharan sebuah vihara di Nalanda, yang didirikan oleh Balaputra, raja dari Suwarnadwipa (Sumatera), cucu raja di Jawa.

Sekalipun demikian, nampaknya keadaan di Jawa Tengah tidaklah sama dengan keadaan di Sriwijaya yang menjadi pusat Agama Buddha.

Namun, aliran Mahayana yang bagaimanakah yang berkembang di Jawa Tengah? Pertanyaan ini sukar untuk dijawab. Tapi, yang perlu diperhatikan adalah apa yang tertera pada prasasti Kalurak (782) yang agaknya berhubungan dengan peresmian rupang Manjusri. Disebutkan dalam prasasti itu bahwa Manjusri selain disamakan dan anggap sebagai salah satu perwujudan dari Triratna (Buddha, Dhamma, dan Sangha), Ia juga disamakan dan anggap sebagai salah satu perwujudan dari Trimurti yaitu Brahma, Vishnu dan Mahesvara (Shiva). Hal ini menimbulkan suatu teori bahwa telah terjadi sinkretisasi (penyerasian, pencampuran) antara Agama Buddha Mahayana dengan agama Hindu di Jawa Tengah. Bagi para pengikut Mahayana di Jawa Tengah, agaknya para Bodhisattva tidak dibedakan dengan dewa dari agama Hindu.

Disamping prasasti, ada pula candi-candi yang menjadi bukti keberadaan Agama Buddha di Jawa Tengah. Pada masa itu, ilmu pengetahuan, terutama ilmu pengetahuan tentang Agama Buddha, sangatlah maju. Kesenian - terutama seni pahat, mencapai taraf yang sangat tinggi. Seniman-seniman nusantara telah menghasilkan karya seni yang mengagumkan, misalnya candi Borobudur, Pawon, Mendut, Kalasan, dan Sewu. Dari candi-candi tersebut memberikan kita penjelasan yang lebih banyak. Selain candi-candi tersebut di atas, sebenarnya masih banyak lagi candi-candi yang didirikan atas perintah raja-raja Sailendra. Tetapi yang paling besar dan paling indah serta terkenal adalah Candi Borobudur yang dibangun pada masa Raja Samarottungga.

Jika kita ingin memahami filosofi dibalik kemegahan Borobudur, bangunan itu harus dipandang sebagai suatu satu kesatuan. Borobudur yang mengandung filosofi Mahayana dan juga Tantrayana (Vajrayana) ini, secara menyeluruh mengungkapkan gambaran mengenai alam semesta atau kosmos. Borobudur terbagi atas tiga bagian, yaitu Kamadhatu, Rupadhatu dan Arupadhatu. Kamadhatu adalah tingkat hawa napsu dan ini digambarkan dengan jelas pada bagian bawah atau kaki candi. Di sini merupakan kehidupan yang terikat oleh hawa napsu dan segala hal yang berbau duniawi. Rupadhatu adalah tingkat dunia rupa, atau alam yang terbentuk, yang digambarkan pada lima teras yang menggambarkan kehidupan Buddha Gotama. Arupadhatu adalah tingkat alam yang tak berupa, tidak berbentuk. Pada tingkat teratas terdapat sebuah stupa yang kosong, yang menggambarkan sunyata atau Nirvana. Borobudur adalah tempat untuk bermeditasi, tempat untuk merenung.

Mengingat bahwa Borobudur dibangun diatas bukit, agaknya pembangunan Borobudur itu dijiwai oleh gagasan Indonesia kuno, yaitu tentang adanya tempat suci yang berbentuk teras, yang biasanya dipakai untuk menghormati nenek moyang, dan terletak diatas bukit. Oleh karena itu maka kiranya pemujaan kepada Bodhisattva sudah dipandang sebagai alat untuk menghormati nenek moyang mereka yang sudah meninggal. Jika demikian maka Agama Buddha pada waktu ini sudah dipengaruhi oleh cita-cita keagamaan Indonesia asli.

Setelah Raja Samarottungga wafat, kerajaan Mataram kembali diperintah oleh raja-raja dari wangsa Sanjaya yang beragama Hindu-Shiva, namun Agama Buddha dan agama Hindu-Shiva dapat berkembang terus berdampingan dengan rukun dan damai.


Sumber : Bhagavant.com

Daftar Isi Blog Ini

Artikel Terkait



Bendera

Bendera

Tukang Taman

PENGUMUMAN

1. Perubahan Rekening Dana
Bagi umat yang ingin berdana harap menghubungi Admin terlebih dahulu karena ada perubahan Nomor Rekening. Hubungi Admin di 0813 1030 7553

2. Tentang Iklan
Kami tidak bertanggung atas segala bentuk iklan, isi konten dalam iklan, dll. Kami hanya menyediakan tempat untuk pengiklan dan kami tidak mengetahui isi iklan karena yang memasang iklan adalah pihak ketiga.

Aneka Bisnis

Populer

Menjadi Teman Saya

 
Powered by Blogger.com | 2008 Copyright Pemuda Buddhist Indonesia All Reserved Cah Semarang Weblog | E-mail: ari.complex@yahoo.co.id