Janganlah Berbuat Jahat, Perbanyak Kebajikan, Sucikan Hati dan Pikiran, Inilah Ajaran Para Buddha >>>>> Sebutan Yang Paling Indah Adalah Buddha, Kata-kata Yang Paling Merdu Adalah Paritta, Media Yang Paling Baik Adalah Tipitaka, Senam Paling Sehat Adalah Puja, Diet Paling Sempurna Adalah Athasila, Perjalanan Paling Indah Adalah Menjadi Bikkhu, Khayalan Paling Indah Adalah Ingat Kamma<<<<<

.

Agama dan Kebebasan Umat Manusia

Meyakini dan memeluk suatu agama merupakan Hak Asasi Manusia yang diatur secara jelas dalam undang-undang pemerintah. Memeluk dan melaksanakan ibadah tidak bisa dipaksakan dan ditentukan karena berhubungan dengan hati dan batin seseorang. Jika seseorang memaksakan suatu kepercayaan kepada orang lain jelas melanggar undang-undang dan akan mendapat sangsi dari pemerintah. Mengajarkan dan mengenalkan suatu agama harus dilakukan dengan pendekatan yang benar dengan mengenalkan ajaran suatu agama mulai dari dasar dan secara bertahap sampai bisa dimengerti. Tidak dibenarkan menggunakan kekerasan dan pemaksaan dalam mengajarkan suatu agama. Harus dilandasi dengan sikap saling menghargai dan sikap toleransi yang tinggi.

Selain tidak menggunakan kekerasan, Sang Buddha juga tidak mengajarkan para umatnya untuk menerima begitu saja seluruh pelajaran Beliau tanpa menggunakan akal pikiran. Sang Buddha justru lebih menekankan aspek manfaat agama setelah dilaksanakan, bukan hanya menuntut percaya dan yakin secara membuta. Hal ini telah pernah Sang Buddha sampaikan kepada Suku Kalama yang bertanya kepada Beliau tentang bagaimana memilih salah satu ajaran dari sekian banyak ajaran yang terdapat dalam masyarakat. Padahal semua ajaran itu menganggap dirinya yang paling benar dan ajaran lain adalah salah. Sang Buddha bersabda dalam

Kalama Sutta, Anguttara Nikaya I, 190:
Dengarkan, kaum Kalama, jangan hanyut terbawa oleh ucapan orang atau tradisi atau desas desus, atau oleh otoritas kitab suci, oleh penalaran, oleh logika, atau penelitian alasan-alasan; atau setelah merenungkan dan menerima teori-teori tertentu; atau oleh bentuknya yang berkenan di hati; atau oleh pertimbangan:’pertapa itu guruku’…. Tetapi, kaum Kalama, apabila kalian mengetahui sendiri bahwa hal-hal ini…patut dicela oleh para bijak dan bila dilakukan akan membawa kerugian dan penderitaan, maka tolaklah hal-hal itu…. Sebaliknya, apabila kalian mengetahui sendiri bahwa hal-hal ini tidak tercela dan patut dipuji oleh para bijak, dan bila dilakukan akan menghasilkan kesejahteraan dan kebahagiaan, maka lakukanlah dan binalah hal-hal itu.

Kebebasan berpikir dan berpendapat tidak hanya dianjurkan Sang Buddha untuk para umatnya saja, melainkan juga untuk para bhikkhu. Disebutkan dalam Mahavagga II, 114:5, Vinaya Pitaka :

“Bilamana kalian tidak setuju dengan tindakan para bhikkhu, kami ijinkan kalian untuk mengutarakan pendapat kalian tentang hal itu; kami mengijinkan empat atau lima bhikkhu untuk mengutarakan hal tersebut; tetapi kalau hanya seorang saja, kami tidak berkenan akan hal tersebut.”


Artikel Terkait



Bendera

Bendera

Tukang Taman

PENGUMUMAN

1. Perubahan Rekening Dana
Bagi umat yang ingin berdana harap menghubungi Admin terlebih dahulu karena ada perubahan Nomor Rekening. Hubungi Admin di 0813 1030 7553

2. Tentang Iklan
Kami tidak bertanggung atas segala bentuk iklan, isi konten dalam iklan, dll. Kami hanya menyediakan tempat untuk pengiklan dan kami tidak mengetahui isi iklan karena yang memasang iklan adalah pihak ketiga.

Aneka Bisnis

Populer

Menjadi Teman Saya

 
Powered by Blogger.com | 2008 Copyright Pemuda Buddhist Indonesia All Reserved Cah Semarang Weblog | E-mail: ari.complex@yahoo.co.id