Lagi-lagi saya kembali dengan posting baru ini yang berjudul Kebebasan berpikir, dan lagi-lagi saya dapat bahan buat artikel ini dari Bpk. Budiman Sudharma SH yang dikirim via e-mail kepada saya beberapa waktu yang lalu. Akhirnya saya tertarik dan memutuskan untuk meng-post artikel tersebut, sekaligus saya membantu untuk menyebarkannya kepada umat yang lain, supaya mendapatkan manfaat dari Dhamma ini secara bersama.
Kita akan membahas mengenai kebebasan berpikir dalam agama Buddha. Kebebasan berpikir dalam agama Buddha adalah “lain dari yang lain” atau (unique) atau unik dan tidak dikenal pada agama lain.
Setiap orang dapat mempelajari Dhamma dengan bebas, memikirkannya dengan tenang dan bijaksana, ia boleh menerima bagian-bagian sesuai dengan pendapatnya dan menolak bagian-bagian yang tak dipahaminya. Agama Buddha tidak memaksa orang untuk percaya secara membuta; oleh karena suatu kepercayaan yang membuta selalu menjadi penghalang bagi kemajuan rohani / bathin. Semangat yang menjiwai Agama Buddha adalah semangat pemikiran secara rasional.
Sang Buddha Gautama bersabda mengenai fungsi agama bagi umat Buddha adalah sebagai berikut :
“Duhai para siswa, Kami mengajarkan Dhamma untuk dipergunakan sebagai rakit untuk menyeberang dan bukan untuk disimpan atau digantungi terus menerus”
(Sumber : Buku Pelajaran Agama Buddha, Kebahagiaan Dalam Dhamma, dikeluarkan oleh Majelis Buddhayana Indonesia, Edisi 7 Agustus 1980, halaman 267-268, KALAMA SUTTA)
Dan Sang Buddha Gautama berkata :
“ Wahai para siswa, bagaimana jelas dan terang pandangan kalian, tetapi kalau kalian melekat kepadanya, kalau kalian menggandulinya, kalau kalian memiliki terus menerus, kalau kalian terikat kepadanya, maka kalian tidak mengerti, bahwa ajaran itu diperumpamakan sebagai sebuat rakit yang kalian pakai untuk menyeberang, tetapi bukan terus menerus kalian pegangi rakit itu”
(Sumber : Buku Pelajaran Agama Buddha, Kebahagiaan Dalam Dhamma, dikeluarkan oleh Majelis Buddhayana Indonesia, Edisi 7 Agustus 1980, halaman 19)
Hal tersebut juga sesuai dengan Sabda Sang Buddha dalam Kitab Suci Agama Buddha Sutta Pitaka, Khunddaka Nikâya Dhammapada Gâthâ pada Bab XIII LOKA VAGGA (Dunia) bagian 20, yang berbunyi :
“Biarpun seorang sedikit membaca Kitab Suci, tetapi berbuat sesuai dengan Ajaran, menyingkirkan nafsu indria, kebencian dan ketidak-tahuan, memiliki pengetahuan benar dan batin yang bebas dari nafsu, tidak melekat pada apapun baik disini dan disana, maka ia akan memperoleh manfaat kehidupan suci”